“Kesombongan adalah selendang-Ku, barang siapa yang memakainya maka akan Aku hancurkan dia”.
Telah kita ketahui pula bahwa yang menjadi hakikat dari tujuan hidup manusia adalah menterjemahkan sifat-sifat Tuhan ke dalam diri dan kehidupan sehari-hari.
Seorang pengagum yang tergila-gila kepada sang idola, dan – hampir seluruh hidup dan kehidupannya merupakan prototipe dari sang idola. Dimulai dari cara hidup, penampilan (style), tutur kata, gaya rambut, fashion, gerak-gerik – yang sampai-sampai tak tersisa lagi ruang bagi jati dirinya sendiri, dan pada gilirannya dia tidak kenal lagi siapa dirinya yang sesungguhnya. Tapi toh dengan begitu, sang pengagum bukanlah idola dan selamanya tidak akan pernah menjadi si idola.
Begitu pun dengan hakikat tujuan hidup manusia yang menterjemahkan sifat-sifat keilahian Tuhan kedalam diri dan kehidupan. Namun kita harus ingat, dengan begitu seorang hamba tak bisa dan tak akan pernah bisa untuk menjadi Tuhan. Kesombongan hanya milik Allah! Dan “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.s An-Nahl: 23). Dan Tuhan Berkata “Kesombongan adalah selendang-Ku, barang siapa yang memakainya maka akan Aku hancurkan dia”.
Sejarah telah membuktikan bagaimana orang-orang yang sombong dihancurkan dengan tangan-Nya, dan dimana seorang pemegang kekuasaan mati dengan begitu hinanya.
Allah berfirman;
Artinya; “Demikianlah Allah mengunci mati setiap hati orang yang sombong lagi menyalahgunakan kekuasaan.” (al-Mukmin: 35)
Allah berfirman;
Artinya; “Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).” (Al-Ankabut: 39).
Sombong yang dalam terminologi Islam disebut takabur, dianggap sebagai salah satu dosa besar (sirik kecil) dan merupakan salah satu penyakit hati yang amat berbahaya.
Sifat takabur pula yang menyebabkan iblis harus hengkang dari surga, yang sebelumnya kita tahu bahwa ia adalah inner circle Tuhan. Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah, Qarun yang juga terkubur bersama seluruh kekayaannya, Lenin – dan Hitler harus bunuh diri karena menanggung malu, Unisoviet sebagai negara adidaya harus hancur berkeping-keping, dan masih banyak lagi pemimpin-pemimpin besar dunia yang dengan kesombongannya, Tuhan meluluh-lantahkan dan menghinakannya dengan sehina-hinanya.
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Luqman: 18)
Kejadian-kejadian alam, seperti meletusnya Krakatau di pulau Jawa, gempa bumi yang rentan terjadi di Jepang, berbagai macam badai yang kerap menghantam Amerika Serikat, angin topan, Tornado, Tsunami yang menyapu Banda Aceh dan Sumatra, dilanjutkan lagi dengan gempa yang menggoyang Jogjakarta, yang kesemua itu membuktikan keangkuhan Tuhan. Kesombongan hanya milik Allah dan sebaliknya, manusia hanya merupakan makhluk lemah tak berdaya yang tak bisa berbuat apa-apa.
Kita tidak bisa menafikan bahwa, hidup kita sangat bergantung kepada suatu kekuatan maha hebat, peletak segala sesuatu, pemilik segalanya, penggenggam segala kekuasaan, maha dahsyat yang memiliki segala sifat yaitu Tuhan, Dialah Allah SWT. Dan kita hanyalah manusia kerdil, dan kita tidak pantas menyandang sifat yang satu ini. Manusia yang hanyalah lahir dari setitik air mani yang hina dan hidup dengan selalu membawa kotoran dalam perutnya, serta akan kembali menjadi rata dengan pijakan kaki (tanah).
Karena itu, apabila kita merasakan terdapat satu bibit keangkuhan dalam diri kita, hendaknya lekaslah kita cungkil dengan belati taubat, jagalah hati kita selalu dengan keimanan, serta perisai diri dengan taqwa. Karena Rasulullah jauh-jauh sebelumnya telah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya penyakit ini dengan mengatakan “Tidak akan masuk syurga seseorang yang pada dirinya memiliki perasaan takabur walau hanya sebesar debu”.
Tapi Allah dengan kemurahan-Nya memberikan kiat kepada kita untuk meruntuhkan sifat keangkuhan ini dengan “Bersujudlah dan dekatkanlah dirimu kepada-Ku”. Karena sujud adalah lambang perendahan diri kita yang serendah-rendahnya, agar kita dekat dengan Allah. Semakin seseorang merendahkan dirinya, semakin dekat pula ia dengan yang Maha Tinggi.
Para sufi tidak menggambarkan surga sebagai tempat yang dialiri sungai susu dan khamar, penuh dengan buah-buahan yang ranum serta para bidadari nan rupawan. Mereka hanya menganggap hal itu hanya sebagai perlambangan saja. Menurut para sufi, hal yang paling indah dari syurga adalah pertemuannya dengan Allah SWT. Persatuan dengan Tuhan yang penuh kasih, yang hal itu takkan bisa dicapai bila masih ada satu titik keangkuhan walau hanya sebesar biji sawi di dalam hati kita.
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar