Fikri Akbar
Idiom pendidikan sejatinya adalah memanusiakan manusia dengan cara manusiawi. Penciptaan kepada manusia yang beradap dapat kita lihat dari langkah-langkah kongkrit program layananan pemerintah pusat dan daerah di sektor pendidikan, dan dari bagaimana kebijakan itu lahir dan dibentuk. Diketahui pula bagaimana bahwa dana-dana pendidikan terus saja bertambah dan ditingkatkan dengan berbagai bentuk dan nama, kesejahteraan tenaga pengajarpun menjadi hasil domino dari kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Dr. Ahmad Jawahir sebagai bakal calon (balon) wakil Bupati Melawi yang akan maju pada putaran 2010-2015 menyatakan keprihatinan kepada sektor pendidikan yang tak jua kunjung selesai. Banyak persoalan-persoalan yang miris. Untuk itu, Beliau menyatakan program pendidikan merupakan salah satu program yang sangat di prioritaskan demi mendongkrak pendidikan di Kalbar khususnya daerah Kabupaten Melawi. Terdapat (setidaknya) tiga aspek penting menurutnya yang harus diperbaiki dan menjadi penting ketika kita berbicara masalah pendidikan tanah air. Pertama adalah aspek knowledge dan attitude tenaga pengajar yang mesti di tingkatkan. Bukan ditambah. Guru diharapkan lebih memiliki profesionalitas dan kinerja yang bagus dan mampu bersaing untuk beradaptasi pada iklim era globalisasi informatika. Seorang guru hendaknya menjadi gudang bagi murid-murid menimba ilmu, dan sebagai konsekwensinya, tentu seorang guru harus kompeten di bidangnya.
Jawahir memprihatinkan berbagai masalah yang sering muncul dan dikeluhkan oleh orang tua wali siswa mengenai kinerja guru yang standar-standar saja. Misalnya guru yang mengajar Bahasa Inggris pada sekolah-sekolah menengah, banyak diantara mereka yang masih tidak bisa berbicara dalam Bahasa Inggris, speel dan speak yang kurang fasih dan kerap metode yang diajarkannya membuat siswa jemu dan tak menghasilkan apa-apa. “Saya pernah kebetulan meminjam handphone dari seorang guru yang mengajar Bahasa Inggris di salah satu sekolah menengah, ketika di cek ternyata semua aplikasi (handphone)-nya tersebut memakai bahasa indonesia, saya berpikir kalo seperti ini gimana lagi murid yang diajarnya?”, ungkap Jawahir.
Pada fase attitude pendidik, Jawahir mengharapkan untuk lebih ditingkatkan lagi, sehingga kedepannya kita tidak mau melihat ada lagi guru-guru yang malas-malasan, kerap datang terlambat dan cuti/ tidak masuk dengan alasan tidak jelas dan logis. Guru sepatutnya merupakan role model (contoh) bagi murid, teladan bagi anak-anak didik. Dengan guru yang disiplin dapat memacu proses iklim belajar-mengajar yang baik.
“Seburuk apapun anak didik ditentukan pada kualitas pendidik” ungkapnya
Aspek kedua adalah Sumber Daya Manusia. Aspek inilah sering diperdebatkan dalam seminar-seminar dan simposium pendidikan, perdebatan lama yang seperti tidak memiliki titik temu. Jika ingin memandang ke arah yang sederhana tentang kebijakan-kebijakan yang tak terbatasi oleh jumlah lulusan-lulusan sarjana dari semua jurusan tiap tahunnya, hanya dengan berbekal ijazah strata satu boleh-boleh saja mengajar (honorer misalnya). Hal ini kan tidak linear dengan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pengajar? Ya seperti yang saya katakan tadi, guru yang tidak profesional pada bidangnya akan membawa dampak stagnasi bagi pendidikan anak didik. Hal ini menjadi penting karena berkenaan langsung dengan materi dan metode yang diberikan. Seorang guru tidak serta merta lepas tanggungjawab setelah bel terakhir berbunyi (pulang sekolah). Dan hal ini bisa kita lihat dari parameter prestasi anak didik dari sebuah sekolah umum dan swasta tiap tahunnya.
Dan aspek ketiga yang juga penting adalah aspek matrial infrastruktur. Dalam hal ini setiap anak berhak mendapatkan fasilitas-fasilitas dari sekolah untuk menunjang proses belajarnya. Karena setiap daerah telah menganggarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)-nya masing-masing 20% seperti yang telah diamanatkan oleh undang-undang. Belum lagi ditambah dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan Unit Sekolah Baru (USB) yang ini akan kita berdayagunakan agar lebih kena sasaran dan tepat guna. Logika lurusnya adalah kita mesti mengoptimalkan sumber-sumber dana ini dengan seefektif mungkin. Tidak perlu membangun sekolah-sekolah baru untuk meningkatkan kualitas, tidak perlu infrastruktur berlebih yang kurang berguna, tapi kita manfaatkan dan memfasilitasi barang-barang yang lebih di butuhkan oleh siswa didik dan guru. Tinggal bagaimana kita saja mengolahnya. Tentang pengucuran dan aliran dananya nanti kita kontrol sama-sama.
Jawahir menambahkan, kami dari pasangan bakal calon (balon) Bupati Melawi mencanangkan akan bekerja keras untuk memajukan pendidikan di Kalimantan Barat khususnya daerah pemilihan Kabupaten Melawi, kami tidak akan mengumbar janji, karena itu tidak dibutuhkan, tapi langkah nyata dan tepat sasaran adalah kemestian bagi siapa saja yang akan duduk nantinya. Ketika ditanyakan Borneo Tribun tentang kesiapannya menjadi seorang calon wakil Bupati Kabupaten Melawi, beliau tersenyum mantap.